Merubah Job Seeker Menjadi Job Maker
Sebagai tindak lanjut dari Gerakan Kewirausahaan Nasional yang dicanangkan Presiden Yudhoyono pada 2 Februari lalu. Kementerian Koperasi dan UKM akan melakukan pelatihan nasional kewirausahaan secara serentak di 33 provinsi mulai 14-15 Juni 2011 bersama dengan 14 Kementerian terkait lainnya dalam upaya meningkatkan jumlah wirausaha baru nasional.
Sebagai tindak lanjut dari Gerakan Kewirausahaan Nasional yang dicanangkan Presiden Yudhoyono pada 2 Februari lalu. Kementerian Koperasi dan UKM akan melakukan pelatihan nasional kewirausahaan secara serentak di 33 provinsi mulai 14-15 Juni 2011 bersama dengan 14 Kementerian terkait lainnya dalam upaya meningkatkan jumlah wirausaha baru nasional.
Menurut Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) Kementerian Koperasi dan UKM Agus Muharram, tujuan dari pelatihan ini adalah memberikan wawasan serta mengubah mindset atau pola pikir calon wirausaha dari kalangan terdidik.
Selain itu, lanjut Agus, ada lima unsur vital lainnya. Pertama, memotivasi jiwa wirausaha dan meningkatkan kapasitas SDM. Kedua, membuka akses pembiayaan. Ketiga, memperluas jaringan pemasaran. Keempat, menggalang kemitraan akademisi, pengusaha, dan pemerintah daerah. Kelima, mengaplikasikan teknologi ke dalam wirausaha, atau technopreneur.
Mereka diharapkan lebih mandiri dan bisa beralih dari posisi pencari kerja menjadi pencipta lapangan kerja. "Target dari program ini tidak mengharuskan mereka langsung bisa menjadi pelaku usaha baru. Paling tidak ini bisa membuka wawasan mereka untuk memulai usaha, sesuai demean harapan dari pelatihan yang diberikan untuk siap menjadi wirausaha baru didukung dengean akses pembiayaan atau permodalan," papar Agus.
Pelatihan berdurasi sekitar 16 jam, dan secara keseluruhan target pelatihan di seluruh Indonesia menyasar 1.000 orang peserta. Setiap pemerintah provinsi akan memberi dukungan tambahan dalam pelatihan ini.
Setelah mendapat pelatihan, kata Agus, mereka yang terjun menjadi wirausaha akan dituntun untuk mendapatkan modal melalui kredit usaha rakyat (KUR) atau Lembaga Pengelola Dana Bergulir (LPDB).
"Karena salah satu kendala menjadi wirausaha adalah permodalan, maka kita akan lanjutkan ke tahap itu, tak hanya pelatihan saja", tandas Agus lagi.
Agus menjelaskan, saat ini Indonesia membutuhkan wirausaha berkualitas yang mampu bersaing dan memiliki kreativitas dalam menghadapi persaingan global yang semakin ketat "Kita juga masih dihadapkan pada kenyataan tingginya jumlah pengangguran dari kalangan terdidik yaitu lulusan SMA dan perguruan tinggi", kata dia.
Harus diakui, kaum muda di Indonesia kurang berminat menjadi wirausaha dikarenakan sistem pendidikan nasional yang kurang memberikan pengetahuan soft skill, adanya budaya dalam masyarakat, dan tidak memiliki enterpreneurship.
Sementara para pakar ekonomi berpendapat bahwa suatu negara maju dan sejahtera dapat diamati dari berapa besar jumlah pengusahanya, yaitu minimal 2% dari total penduduk. Di negara maju seperti AS, jumlah wirausaha mencapai 11,5% dari total penduduknya. Negara lainnya seperti Singapura 7,2%, Cina dan Jepang 10%.
Selain itu, lanjut Agus, ada lima unsur vital lainnya. Pertama, memotivasi jiwa wirausaha dan meningkatkan kapasitas SDM. Kedua, membuka akses pembiayaan. Ketiga, memperluas jaringan pemasaran. Keempat, menggalang kemitraan akademisi, pengusaha, dan pemerintah daerah. Kelima, mengaplikasikan teknologi ke dalam wirausaha, atau technopreneur.
Mereka diharapkan lebih mandiri dan bisa beralih dari posisi pencari kerja menjadi pencipta lapangan kerja. "Target dari program ini tidak mengharuskan mereka langsung bisa menjadi pelaku usaha baru. Paling tidak ini bisa membuka wawasan mereka untuk memulai usaha, sesuai demean harapan dari pelatihan yang diberikan untuk siap menjadi wirausaha baru didukung dengean akses pembiayaan atau permodalan," papar Agus.
Pelatihan berdurasi sekitar 16 jam, dan secara keseluruhan target pelatihan di seluruh Indonesia menyasar 1.000 orang peserta. Setiap pemerintah provinsi akan memberi dukungan tambahan dalam pelatihan ini.
Setelah mendapat pelatihan, kata Agus, mereka yang terjun menjadi wirausaha akan dituntun untuk mendapatkan modal melalui kredit usaha rakyat (KUR) atau Lembaga Pengelola Dana Bergulir (LPDB).
"Karena salah satu kendala menjadi wirausaha adalah permodalan, maka kita akan lanjutkan ke tahap itu, tak hanya pelatihan saja", tandas Agus lagi.
Agus menjelaskan, saat ini Indonesia membutuhkan wirausaha berkualitas yang mampu bersaing dan memiliki kreativitas dalam menghadapi persaingan global yang semakin ketat "Kita juga masih dihadapkan pada kenyataan tingginya jumlah pengangguran dari kalangan terdidik yaitu lulusan SMA dan perguruan tinggi", kata dia.
Harus diakui, kaum muda di Indonesia kurang berminat menjadi wirausaha dikarenakan sistem pendidikan nasional yang kurang memberikan pengetahuan soft skill, adanya budaya dalam masyarakat, dan tidak memiliki enterpreneurship.
Sementara para pakar ekonomi berpendapat bahwa suatu negara maju dan sejahtera dapat diamati dari berapa besar jumlah pengusahanya, yaitu minimal 2% dari total penduduk. Di negara maju seperti AS, jumlah wirausaha mencapai 11,5% dari total penduduknya. Negara lainnya seperti Singapura 7,2%, Cina dan Jepang 10%.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar